Rabu, 24 November 2010

penggunaan deterjen

ABSTRAK
Penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Deterjen merupakan bahan aktif permukaan (surfaktan) yang memiliki bagian komponen yang polar dan komponen yang nonpolar dalam molekulnya. Surfaktan ini dapat mencemari lingkungan seperti dapat menurunkan kadar oksigen air sehingga organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menghilangkan komponen deterjen dalam air atau menguraikannya menjadi komponen yang ramah lingkungan.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau menguraikan detergen dalam air seperti metode penyerapan (absorpsi) dengan menggunakan arang aktif atau metode penguraian dengan menggunakan mikroorganisme.

Pada penelitian ini, surfaktan diuraikan dengan menggunakan mikroorganisme seperti Staphylococcus epidermis, Enterobacter gergoviae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas euruginosa, dan Kurthia zopfii Karena bakteri tersebut menguraikan detergen dengan memakan zat organik dan mengubahnya menjadi energi.


PENDAHULUAN
Pemakaian detergen di kalangan masyarakat semaki meningkat, karena dianggap mampu membersihkan kotoran lebih efektif daripada sabun, ataupun pembersih lainnya. Selain itu detergen juga tidak terpengaruh pada kesadahan air. Dalam deterjen terkandung komponen utamanya, yaitu surfaktan, dan komponen lain seperti khlorin, fosfat, silikat, pewangi, pewarna, dll.
Masyarakat beranggapan bahwa semakin banyak busa semakin baik daya kerja detergen. Padahal, kenyataannya adalah sebaliknya. Semakin banyak busa, semakin berbahaya yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan baru, sehingga perlu adanya pemecahan atas permasalahan tersebut.
PERMASALAHAN
Detergen apabila digunakan dapat menyebabkan berbagai masalah, karena mengandung zat organik yang berbahaya dan sulit diuraikan. Apabila detergen masuk ke dalam perairan, dapat mencemari perairan tersebut dan mengganggu organisme di dalamnya, dan apabila meresap ke dalam tanah dapat menyebabkan pencemaran tanah.
1. Kandungan detergen lama kelamaan dapat menurunkan daya kerja mesin cuci
2. Surfaktan dapat menurunkan jumlah sperma, meningkatkan resiko kanker testis dan memberi efek yang merugikan kepada perkembangan janin.
3. Khlorin mampu menimbulkan iritasi paru-paru, mata dan selaput lendir. bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah, dapat memicu gangguan pernapasan, serangan asma, efek neurologis dan perilaku. kita menuangkan pemutih kedalam mesin cuci, kita menghirup aroma klorin. Padahal, tanpa disadari, klorin mampu menimbulkan iritasi pada paru-paru, mata dan selaput lendir. bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah, dapat memicu gangguan pernapasan, serangan asma, efek neurologis dan perilaku.
4. Golongan ammonium kuartener itu dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
5. Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin tadi. Bukan cuma itu, SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.
6. LAS relatif mudah didegradasi secara biologi ketimbang ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90 persen. Tapi bukan berarti masalah selesai. LAS juga butuh proses. Jadi di bagian ujung rantai kimianya harus dipecah. Ikatan o-meganya harus diputus dan butuh proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu.
7. Menurut penelitian, alam membutuhkan waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen. Melihat bahwa saat ini banyak rumah tangga yang membuang sisa cuciannya begitu saja tanpa pengolahan limbah sebelumnya, maka alam diharapkan mampu mendegradasinya.
8. Sebelum dibuang dan bercampur dengan bahan baku air bersih, limbah cucian membutuhkan proses pengolahan yang rumit. Agar senyawa detergen terurai, limbah harus mendapat sinar ultraviolet yang cukup dan diendapkan sekitar tiga pekan. Makanya, negara yang mengizinkan pemakaian LAS rata-rata sudah memiliki sistem pengolahan air yang memadai.
9. Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi.
10. Penggunaan fosfat sebagai builder dalam deterjen perlu ditinjau kembali, mengingat senyawa ini dapat menjadi salah satu penyebab proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok menyebabkan terjadinya pendangkalan sungai. Pertanda lonceng kematian bagi kehidupan penghuni sungai.
11. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH) tinggi.
12. Sabun mandi memang menghasilkan buih atau gelombang busa yang terlalu banyak. Formula soda ash atau detergen memang diakui andal membersihkan kotoran di kulit tubuh. Namun, jika digunakan di muka, minyak alami wajah Anda pun akan ikut tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat.


HAL BARU
Dari permasalahan di atas, penulis mencoba untuk menguraikan detergen dengan mikroorganisme, karena dari penelitian sebelumnya, masih banyak fakta-fakta yang belum terungkap, misalnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan bakteri tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung waktu yang diperlukan bakteri untuk menguraikan detergen.
KESIMPULAN
1. Detergen dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan berbagai masalah
2. Detergen dapat diuraikan menggunakan bakteri yang dapat merubah zat organik menjadi energi
REFERENSI
METODE PENGOLAHAN DETERGEN « Smk Negeri 3 Kimia Madiun.2
Yuk-Cermat-Gunakan-Mesin-Cuci.index.php
Bidang Ilmu Pengetahuan Alam





Pengarang:

Andriyani
Lindah Permata Sari
Rara Dwi Sapwinda Putri
SMA N 8 Pekanbaru

Tahun 2010

0 komentar:

Posting Komentar